Isti'arah dalam ilmu balaghah merupakan bagian dari majaz. Majaz dibagi menjadi 2 yaitu majaz aqli dan majaz lughawi.
Isti'arah termasuk kedalam majaz lughawi yaitu lafadz yang digunakan dalam makna yang bukan seharusnya karena ada hubungan disertai qarinah yang menghalangi pemberian makna haqiqi.
Hubungan antara makna haqiqi dan majazi itu terkadang karena adanya keserupaan dan terkadang selain itu. Sementara qarinahnya dapat berupa lafdziyah atau haliyah.
Jika persesuaian itu merupakan penyerupaan maka disebut isti'arah dan jika buka peneyerupaan maka disebut majaz mursal. itulah perbedaan antara majaz mursal dan isti'arah.
Dalam artikel ini kami akan jelaskan pengertian istia'rah beserta macam-macamnya dan contohnya dalam Al Quran.
Table of Contents
Pengertian Isti'arah
pengertian isti'arah adalah |
Secara bahasa isti'arah(إِسْتِعَارَة) merupakan bentuk masdar dari fiil madhi mudhari إِسْتَعَارَ(ista'ara) يَسْتَعِيْرُ(yasta'iru) yang artinya meminjam.
Secara istilah isti'arah adalah kata yang dipakai bukan pada makna aslinya karena adanya alaqah musyabbahah(hubungan keserupaan) dan disertai qarinah(korelasi) yang mencegah dimaksudkannya makna asli. Contohnya رَأَيْتُ أَسَدًا فِي الْمَدْرَسَةِ (Saya melihat seekor singa di madrasah).
Adapun pengertian isti'arah menurut beberapa ulama' adalah sebagai berikut :
- Menurut Khatib Al-Quzwini
Isti'arah adalah tasybih yang dibuang salah satu musyabbah bihnya sehingga hubungan antara makna haqiqi dan makna majazi selalu saling menyerupai
- Menurut Abdur Rahman Al Ahdhory
Isti'arah adalah menyebutkan salah satu bentuk tasybih dan menghendaki bentuk lain dengan memasukan lafadz yang diserupakan terhadap jenis lafadz yang diserupai untuk mengistimewakan lafadz yang diserupai
- Menurut Ulama' Bayan
Isti'arah yaitu menggunakan suatu lafadz pada selain makna asalnya karena ada hubungan yang berupa keserupaan antara makna yang dipindah dan lafadz yang digunakan.
Adapun rukun dari isti'arah ada 3 yaitu :
- Musta'ar, ialah lafadz yang dipindahkan (kata pinjaman).
- Musta'ar minhu, yakni lafadz musyabbah bih (kata yang diberi pinjaman).
- Musta'ar lahu, yaitu makna atau lafadz musyabbah (kata yang dipinjam).
Pelajari Juga : Pengertian Tasybih, Macam, Rukun dan Tujuannya
Macam-macam Isti'arah
Para ulama balaghah membagi isti'arah kedalam beberapa aspek, antara lain sebagai berikut :
1. Perspektif Tharfai At-tasybih
Ditinjau dari perspektif tharfai at-tasybih(pemakaian 2 ujung), isti'arah dibagi menjadi 2 yaitu :
- Isti'arah Tashrihiyyah : yaitu gaya bahasa dengan cara membandingkan sesuatu dengan sesuatu lainnya yang mempunyai sifat yang sama. Dalam bahasa Indonesia isti'arah tashrihiyyah biasa disebut dengan majaz metafora. Contoh kalimat isti'arah tashrihiyyah ialah تَكَلَّمَ أَسَدٌ فَوْقَ الْمِنْبَارِ artinya singa berbicara diatas mimbar. Dalam hal ini seseorang diserupakan dengan seekor singa. Lafadz أَسَدٌ yang ditampilkan sebagai musta'ar minhu atau musyabbah bih, sementara musta'ar lahu atau musyabbah berupa lafadz syaikh yang dibuang.
- Isti'arah Makniyyah : adalah isti'arah yang dibuang musyabbah bihnya dan sebagai isyarat ditetapkan salah satu sifat tertentunya. Contoh kalimat isti'arah makniyyah seperti ungkapan Al Hajjaj dalam salah satu pidatonya : إنَّي لأرى رؤوسا قد أينعت وحان قطافها وإنِّي لصاحبها artinya sesungguhnya aku melihat melihat beberapa kepala yang telah matang dan telah sampai waktu panennya dan aku adalah pemiliknya. Dalam pidsatonya Al Hajjaj menyerupakan kepala dengan buah-biahan sebagai isyarat bagi musyabbah bih yang dibuang dan ditetapkan kata yang menunjukkan sifat tertentu yaitu kata أينعت(matang).
2. Perspektif Lafadz Musta'ar
Ditinjau dari segi lafadz musta'ar isti'arah dibagi menjadi 2, yaitu isti'arah asliyyah dan isti'arah taba'iyyah.
1. Isti'arah Asliyyah adalah jenis isti'arah yang lafadz musta'arnya terdiri dari isim jamid. Contoh isti'arah asliyyah seperti lafadz Adz-dzulumat dan An-nur dalam surat Ibrahim ayat 1 :
كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ەۙ بِاِذْنِ رَبِّهِمْ اِلٰى صِرَاطِ الْعَزِيْزِ الْحَمِيْدِۙ
Artinya : (Ini adalah) Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan pada cahaya (terang-benderang) dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.
2. Isti'arah Taba'iyyah adalah isti'arah yang lafadz musta'arnya berupa isim mustaq, fiil dan huruf . Contoh isti'arah taba'iyyah :
- Musta'ar berupa isim mustaq : قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ Artinya : (Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” (Lalu, dikatakan kepada mereka,) “Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah para rasul(-Nya).”). Lafadz مَّرْقَدِ dalam ayat diatas merupakan isim makan dari ar-riqad. Lafadz tersebut merupakan peminjaman dari lafadz Al Qabr(kuburan).
- Musta'ar berupa fiil : وَنَادٰٓى اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ اَصْحٰبَ النَّارِ اَنْ قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَهَلْ وَجَدْتُّمْ مَّا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا ۗقَالُوْا نَعَمْۚ فَاَذَّنَ مُؤَذِّنٌۢ بَيْنَهُمْ اَنْ لَّعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الظّٰلِمِيْنَ Artinya : (Para penghuni surga menyeru para penghuni neraka, “Sungguh, kami telah mendapati sesuatu (surga) yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar. Apakah kamu telah mendapati (pula) sesuatu (azab) yang dijanjikan Tuhan kepadamu itu benar?” Mereka menjawab, “Benar.” Kemudian penyeru (malaikat) mengumumkan di antara mereka, “Laknat Allah bagi orang-orang yang zalim.”). Kata نَادٰٓى dalam ayat diatas bermakna yunadi. Panggilan yang menunjukkan makna yang akan datang.
- Musta'ar berupa huruf : قَالَ اٰمَنْتُمْ لَهٗ قَبْلَ اَنْ اٰذَنَ لَكُمْۗ اِنَّهٗ لَكَبِيْرُكُمُ الَّذِيْ عَلَّمَكُمُ السِّحْرَۚ فَلَاُقَطِّعَنَّ اَيْدِيَكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ مِّنْ خِلَافٍ وَّلَاُصَلِّبَنَّكُمْ فِيْ جُذُوْعِ النَّخْلِۖ وَلَتَعْلَمُنَّ اَيُّنَآ اَشَدُّ عَذَابًا وَّاَبْقٰى Artinya : (Dia (Fir‘aun) berkata, “Apakah kamu beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Sungguh, akan kupotong tangan-tangan dan kaki-kakimu secara bersilang dan sungguh, akan aku salib kamu pada pangkal pohon kurma. Sungguh, kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih keras dan lebih kekal siksaannya.”). Lafadz فِيْ dalam kalimat فِيْ جُذُوْعِ النَّخْلِۖ bermakna 'ala. Karena فِيْ artinya didalam tidak sesuai dengan makna yang dikehendaki dalam ayat diatas yaitu diatas pohon kurma. Makna yang sesuai adalah 'ala.
3. Perspektif Musta'ar Minhu
Ditinjau dari segi musta'ar minhunya isti'arah dibagi menjadi 3 yaitu :
- Isti'arah Murasysyahah : Yaitu jenis isti'arah yang kata-kata atau ungkapan yang mengikutinya sesuai dengan musta'ar minhu atau musyabbah bihnya. Contoh : خُلُقُ فُلاَنٍ أَرُقُّ مِنْ أَنْفَاسِ الصَّبَاءِ إِذَا غَزَلَتْ أَزْهَارَ الرُّبَا Artinya : Akhlaq fulan itu lebih lembut dari pada nafas angin timur ketika bercanda dengan bunga-bunga dataran tinggi. Pada contoh tersebut yang merupakan isti'arah murasyayah yaitu lafadz ghazalat.
- Isti'arah Mujarradah : Yaitu jenis isti'arah yang mana kata-kata atau ungkapan yang mengikutinya sesuai dengan musta'ar lahu atau musyabbahnya. Contoh يَؤُدُّوْنَ التَّحِيَّةَ مِن بَعِيْد إِلَى قَمَرٍ مِن الْإِيْوَانِ بَادَ Artinya : Mereka memberi penghormatan dari tempat yang jauh kepada bulan yang muncul dari singgasana. Penggunaan kata قَمَرٍ pada contoh tersebut berposisi sebagai musta'ar minhu atau musyabbah bih yang diikuti oleh kalimat yang sesuai dengan musta'ar lahu atau musyabbah yaitu مِن الْإِيْوَانِ.
- Istiarah Muthlaqah : Yaitu jenis isti'arah yang pengungkapan kata-katanya tidak disertai kata yang sesuai dengan musta'ar minhu dan musta'ar lahu ataupun disertai kata yang sesuai dengan keduanya. Contoh : الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖۖ وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ Artinya : (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan (silaturahmi), dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. Dalam ayat tersebut terdapat ungkapan majaz yaitu يَنْقُضُوْنَ. Kata tersebut bermakna menyalahi yang diserupakan dengan yaftahuna yang bermakna membuka tali. Pada ungkapan majaz tersebut tidak ada kata yang sesuai dengan musta'ar minhu dan musta'ar lahnya.
4. Perspektif Kalimat
Ditinjau dari perspektif kalimat hanya ada 1 jenis isti'arah yaitu isti'arah tamtsiliyyah.
Isti'arah tamtsiliyyah adalah makna ungkapan yang digunakan bukan menurut yang seharusnya disebabkan ada qarinah yang melarang dari arti sesungguhnya.
Contoh isti'arah tamtsiliyyah عَادَ السَّيْفُ إِلَى قِرَابِهِ Artinya : Pedang itu telah kembali ke sarangnya.
Maksudnya adalah bahwa seorang lelaki yang setelah bekerja pulang ke negaranya, maka ia bukanlah pedang haqiqi yang kembali ke sarungnya. Dengan demikian susunan kalimat diatas tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya sehingga kalimat itu adalah majaz.
Qarinahnya adalah haliyah. Hubungan antara makna haqiqi dan majaznya adalah musyabbahah (keserupaan) karena orang yang pergi jauh dari negaranya untuk bekerja keras dan kembali ke negaranya setelah lama bersusah payah diserupakan dengan pedang yang terhunus dari sarungnya untuk berperang dan setelah mendapatkan kemenangan, ia akan kembali ke sarungnya.
Contoh Isti'arah Dalam Al Quran
Berikut ini contoh majaz isti'arah yang terdapat dalam Al Quran beserta arti, surat dan ayatnya.
No | Contoh | Artinya | Surat dan Ayat | Macam Isti'arah |
---|---|---|---|---|
1 | اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ | Bimbinglah kami ke jalan yang lurus | Al Fatihah ayat 6 | Isti'arah Tashrihiyyah |
2 | وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ | Suatu tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah) matahari yang berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui | Yasin ayat 38 | Isti'arah Makniyyah |
3 | كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ەۙ بِاِذْنِ رَبِّهِمْ اِلٰى صِرَاطِ الْعَزِيْزِ الْحَمِيْدِۙ | (Ini adalah) Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan pada cahaya (terang-benderang) dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. | Ibrahim ayat 1 | Isti'arah Ashliyyah |
4 | قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ | Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” (Lalu, dikatakan kepada mereka,) “Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah para rasul(-Nya).” | Yasin ayat 52 | Isti'arah Taba'iyyah |
5 | اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الضَّلٰلَةَ بِالْهُدٰىۖ فَمَا رَبِحَتْ تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ | Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka, tidaklah beruntung perniagaannya dan mereka bukanlah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. | Al Baqarah ayat 16 | Isti'arah Murasysyahah |
6 | وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ | Allah telah membuat suatu perumpamaan sebuah negeri yang dahulu aman lagi tenteram yang rezekinya datang kepadanya berlimpah ruah dari setiap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah. Oleh karena itu, Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan422) karena apa yang selalu mereka perbuat. | An Nahl ayat 112 | Isti'arah Mujarradah |
7 | الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖۖ وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ | (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan (silaturahmi), dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. | Al Baqarah ayat 27 | Isti'arah Muthlaqah |
8 | يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيِ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ | Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mendahului Allah dan Rasul-Nya698) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. | Al Hujurat ayat 1 | Isti'arah Tamtsiliyyah |
Demikia pembahasan mengenai pengertian isti'arah, macam-macam dan contohnya dalam Al Quran. Semoga memberikan banyak manfaat untuk para pembaca dalam mempelajari kitab balaghah.
Source:
Arip, Ahmad Rifa'i, Isti'arah Dalam Al Quran, Tesis Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur'an Jakarta, 2019